CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Translate

Friday 27 September 2013

Love Story 2

Bismillahirrohmaanirrohim...
Selamat pagi dear...
Pagi ini kita akan mengkaji bagaimana proses lahirnya cinta,,
Ada lagu "lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta",, kelirulah orang yang berkata " aku jatuh cinta",, kemudian dia berkata juga, "sakit hati karena cinta". Dear,, awalnya jatuh ujungnya pasti sakit kan??? ^_^.makanya ada benernya lirik lagu itu,, cinta itu terus dibangun bukan dijatuh-jatuhin dear,,, ^_^
Cinta agar supaya tumbuh, seperti halnya tumbuhan maka ditanam terlebih dahulu, dipupuk, disiram dirawat dan dijaga dan terus dibangun dengan baik. Berkata "jatuh cinta" mengesankan keterpaksaan. kalimat itu keliru sebab cinta harus diusahakan dengan sungguh-sungguh. Siapa yang hendak bercinta, maka ia harus memiliki kemahiran, tanpa kemahiran cinta tidak dapat lahir. Dengan kemahiran, seseorang dapat menarik simpati dan kekaguman yang mengantar kepada lahirnya cinta. Sungguh benar ungkapan yang menyatakan bahwa tidak ada lelaki atau perempuan yang tidak memiliki potensi mencintai dan dicintai,,, iya kan dear??^_^. Nahh bagi yang sedang berbunga-bunga karena cinta jangan khawatir, kita tengok yuuk....
Persis sebagaimana FirmanNya dalam QS Ar Ruum (30):30
"(Tetaplah atas) Fitrah Allah, yang mana Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah."
Oleh karena itulah dear,, tenang dan bersyukurlah jika kita memiliki Cinta. Renungkanlah firman-firman Alah swt., yang dahsyat luar biasa. Sabda Rasulullah saw., yang menentramkan berikut:
" Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini (hubbusyahawat), yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang paling baik (surga)." QS Ali Imran(3):14.
Kemudian kita simak terjemahan dari surat An-Nur(24): 30-31
Katakanlah kepada orang laki-laki beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Yang demikian ini adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya..".
Dalam sebuah hadist yang disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirnya:
"saya telah dibuat Allah begitu mencintai sebagian perhiasan di dunia ini, sebagaimana kalian juga mencintainya. Yaitu wangi-wangian dan wanita. Dan Dia menjadikan shalat sebagai permata hatiku.
Dalam sebuah hadis Qudsi dimuat oleh Dr.Khalid Jamal dalam kitabnya, Al Hubb fi Al Jami'ati
Pejamkanlah mata kalian dan jagalah kemaluan kalian"
Jadi cinta itu memang fitrah ya dear, bahwa setiap manusia memiliki cinta, dan didalam Agama Islam sudah jelas hukum dan aturanya. Dalam membangun cinta, ayat-ayat tersebut sebagai batasan dari fase-fase proses tumbuhnya cinta sebelum sampai pada puncaknya.
Fase pertama adalah kedua pihak-yang akan mencintai dan dicintai- merasakan atau tidaknya kedekatan diantara mereka. Biasanya kesamaan latar belakang, sosial budaya itu amat penting karena membantu proses timbulnya kedekatan. Dari sini kita mengerti bahwa mengapa agama menganjurkan persamaan latar belakang, tingkat pendidikan, kedudukan sosial calon suami istri. Inilah yang dinamakan dengan kafa'ah.
fase pertama dilalui maka kedekatan itu meningkat pada apa yang disebut dengan "pengungkapan diri" (self revelation), dimana masing-masing merasakan ketenangan dan rasa aman untuk berbicara tentang dirinya lebih dalam lagi, yakni tentang harapan, keinginan
 dan cita-citanya, bahkan kekhawatiranya.
sekali lagi persamaan latar belakang pendidikan, sosial budaya, agama, itu akan mempercepat proses ini hingga fase berikutnya.
Fase ketiga melahirkan "saling ketergantungan" (mutual dependecies) dan pada fase ini, masing-masing mengandalkan bantuan yang dicintainya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadinya, karena masing-masing merasa dari dalam lubuk hati yang terdalam bahwa ia memerlukan pasanganya dalam kegembiraan dan kesedihan.
Seorang ibu akan menasehati anak perempuannya sesaat akan memasuki gerbang pernikahan, kata sang ibu:
"jangan sekali-kali menampakan kesedihan pada saat suamimu bergembira dan jangan pula menampakkan kegembiraan pada saat gundah". nasehat ini dapat ditujukan pada mereka yang belum mencapai fase ketiga, bila sudah pada fase ketiga pilihan nasehat semacam ini tidak sesuai lagi karena ketika itu pasangan otomatis akan merasakan denyut jantung pasangannya. ^_^
Bila sepasang kekasih telah sampai pada tahap ini, maka ketika itu tibalah mereka pada awal fase ke empat, yaitu pemenuhan kebutuhan pribadi kekasihnya, dan ini akan mencapai puncaknya ketika seseorang mengorbankan segala yang dimilikinya demi kebutuhan kekasihnya. pengorbanan tersebut dilakukan dengan senang hati.
Sungguh tepat jika pandangan yang menyatakan bahwa" manusia mengalami cinta pada saat ia mampu memnuhi kebutuhan-kebutuhan emosional yang dicintainya dan pemenuhan tersebut juga merupakan kebutuhan emosional baginya"
Dalam arti, memenuhi kebutuhan kekasih , bila tidak dibarengi dengan rasa cinta yang mendalam kepadanya serta dorongan dari  lubuk hati dan jiwa, ketika itu belum lagi seseorang mencapai puncak cinta sejati. fase sebelumnya boleh jadi dinamai "cinta" namun fase terahir ini yang disebut cinta sejati, atau apa yang disebut oleh Al Qur'an yaitu mawaddah.

"terimakasih sudah membacanya" ^_^

Thursday 26 September 2013

"About Me"

Sahabat inilah tentang diriku…
Aku seorang perempuan berdarah jawa tulen. Wanita sederhana yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan familiar kepada siapapun. Aku pecinta seni dan budaya. Apa saja tentang seni dan kebudayaan aku menyukainya bahkan ikut berkecimpung untuk mempelajarinya. Aku juga tengah mengembangkan bakat sebagai entrepreneur, writer and teacher. Aku juga cinta “SEJARAH”, dia adalah saksi bisu  yang telah membuat aku dan semua yang ada di dunia ini ada, karena sejarah adalah bagian yang tak lepas dari hidup ku…
Tentang mimpiku masih banyak lagi, aku mencintai seni karena dari seni aku ingin menanamkan nilai nilai Islam didalamnya, aku tumbuh menjadi gadis yang menyukai tantangan, kesulitan hidup dan perihnya mengajariku banyak  hal tentang arti sebuah ketulus ikhlasan, dan kerja keras untuk mewujudkan mimpiku…
Saat ini aku tengah fokus pada jurusan kuliah yang aku ambil, demi ibu dan bapak yang selalu mencintaiku, aku akan membahagiakan mereka. Aku dilahirkan disasana keluarga besar (banyak) maka dari itu aku sangat menanamkan sifat saling menghargai, saling menghormati, dan saling menyayangi serta berbagi dengan sesama. Aku termasuk gadis yang mudah kenal dengan siapapun, karena masa dipesantren telah banyak mengajari aku untuk terbiasa menghadapi perbedaan dan hidup sederhana…tidak hanya sampai saat itu, hingga detik ini pengalaman menjadi guru terpenting dalam hidupku..
Bapak & ibuku bilang aku lahir karena cinta, hadir berkat cinta, tumbuh dengan cinta, setiap langkahku memberi cinta, senyum dan tawaku mengemban cinta, rengek tangisku berarti cinta, nakal tingkahku petanda cinta.  Apapun dan bagaimanapun aku adalah cinta bagi mereka….
Hampir setiap hari seuntai doanya diperdengarkan untukku, mereka hanya meminta aku diberi Rahmat dan kebahagiaan olehNya, sungguh besar artinya semua itu untukku. Pada saat itu airmataku mengalir, dan kubayangkan tentang “apa” yang telah kuberikan pada mereka, belum ada! Belum ada apa-apa, sedang mereka telah memberi “terlalu” banyak cinta, cinta yang kudapatkan adalah lebih dari sekedar cinta, bukan sesaat bukan setengah. Hingga dinamainya aku Ludiya, sebuah nama adalah sebuah doa, bapak dan ibuku mendoakan aku untuk selalu kuat dan bertahan dalam menghadapi segala tantangan hidupku mendatang,  berbagai cobaan dan berbagai halangan yang menguji ludiya.
Bapak dan ibu mendoakan aku sebagai pesona, agar aku selalu memesona dalam keadaan suka maupun duka, hingga tak ada seorangpun menyakitiku ataupun mengganggu perasaanku dengan keburukan. Doa mereka bukan pada saat hari ini saja, bukan hanya sesaat, doa mereka terus bersambung hingga akhir hayat mereka, kutau hal itu dari tatapan mata bapak dan ibu, dari senyuman bapak dan ibu, dari belaian bapak dan ibu, dari pelukan hangat bapak dan ibu…
Demi Tuhan, bagian mana dalam hidupku yang harus aku sesali, dan bahkan harus aku dustakan? Hidupku lengkap dan sempurna memiliki kedua orangtua yang masih sehat walafiat, serta adik-adik yang menggelantung memanja di pundak dan lenganku.
Senyum tawa adik-adiku selalu mencerahkan hariku hingga detik ini, adik-adiku laksana awan dilangit, saat airmataku mengalir karena hal “apapun itu” aku menatap langit yang cerah, melihat mereka menggempul indah dan halus segera membendungnya, menyegarkan mata dan hati, walau terkadang jadi berubah mendung tapi selalu ada pelangi setelahnya yang memberi tahu bahwa hidup tak selalu hanya dua warna (hitam-putih) tapi juga warna pelangi, warna kisah kami bertiga.
Selebihnya kenali aku lewat bagaimana yg kalian dengar, kalian lihat, kalian baca tulisan ceritaku dan bergaul denganku dalam keseharianku... Salam untukmu sahabat-sahabatku. semoga Allah meridloi langkah kita semua dengan kebahagiaan dan cintaNya.. amin

Love Story 1

Bismillahirrahmaanirrahim..
Assalamu'alaykum,,
"Indahnya Cinta"
Alhamdulillah, pagi jum'at ini cerah banget, seperti biasa ditemani segelas teh susu hangat. diriku akan berbagi sedikit pengetahuan mengenai Cinta ya dear,,
cinta itu apa si? tidak ada rasa takjub yang lebih memukau daripada rasa takjub karena dicintai atau mencintai. menjelaskannya tidak mudah juga ya dear, ^_^.
Ulama besar Ibn Hazm yang wafat sekitar seribu tahun lalu, tepatnya 456H, dalam bukunya yang berjudul Thauq al Hamamah (Kalung Merpati) beliau menulis:
" Cinta itu awalnya permainan dan akhirnya kesungguhan. Ia tidak dapat dilukiskan, tetapi harus dialami agar diketahui. Agama tidak menolaknya dan syariatpun tidak melarangnya, karena hati ditangan Tuhan, Dia yang membolak-baliknya."
karena cinta tidak dapat dilukiskan maka sementara banyak pakar berpendapat bahwa: "keterangan tentang cinta bukanlah cinta". Banyak yang mencoba menjelaskan makna cinta dengan berbagai ungkapan atau bahasa moral, sosiologi, biologi, bahkan filsafat dan tasawuf. jadi akan banyak penjelasan  dari berbagai literatur nantinya. pusing nanti ya dear..^_^
Kita mau ngomongin masalah cinta. Cinta anak manusia berbeda-beda yaitu kepada lawan jenis, pasangan suami istri, sahabat, tunangan, kepada anak, orangtua, adik dan saudara lainnya. kekuatan dan masa berlakunya pun berbeda-beda pula. Cinta sejati antara manusia akan terjalin bila ada sifat - sifat yang di dambakan. Rasa inilah yang mendorong dan menguatkan kecenderungan itu. semakin banyak dan kuat kecenderungan itu, semakin terasa oleh masing-masing pihak, semakin kuat dan dalam pula jalinan hubungan mereka. "demikian kurang lebih uraian Ibn Qayyim Al Jauziyah yang hidup pada pertengahan abad 8H.
Dengan demikian, lahirnya cinta tidak cukup dengan hadirnya sifat yang disenangi kekasih pada diri pribadi  seseorang, tetapi kehadirannya harus disadari dan dirasakan oleh mitranya. Karena itu boleh jadi seseorang sangat cantik atau gagah, boleh jadi sangat baik dan jujur, yang merupakan sifat yang 
disenangi, tetapi bla itu tidak disadari dan dirasakan maka keistimewaan ini tidak mengundang cinta.
Tapi apakah cinta dan bagaimana ia diukur?
Saking banyaknya uraian yang berusaha menjelaskannya dear ... yang pasti kesemuanya itu belum cukup jelas untuk mengetahui hakikatnya. Hal ini agaknya disebabkan karen cinta tidak dapat dideteksi kecuali melalui gejala-gejala psikologis, misalkan sering diam sambil melamun gak taunya lagi mikirin doski, terus rasa senang dan bahagia kalau baru ketemu doski dan semacamnya ya dear.. sifat-sifat perilaku misalkan jadi ikut melakukan apa yang menjadi hobi doski seperti nonton bola, atau yang lainnya. dari segi kesehatan misalkan makan jadi gak nafsu kalau belum mendapat sms/ balesan dari pasangan,, ^_^, lebay banget ya dear..
yaa pada intinya cinta itu gabungan dari sekian banyak unsur yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata, bahkan kadang sulit dideteksi oleh perasaan. ^_^

Nahh nanti disambung lagi ya dear, kita kupas tuntas mengenai "Cinta" sebelum menjadi pengantin nampaknya sahabat semua yang masih jomblo perlu baca ini.

Sunday 8 September 2013

Peran Psikologi Dalam Komunikasi Dakwah



I.PENDAHULUAN
Dalam masyarakat modern, kedudukan dan peran psikologi dapat dikatakan sebagai sarana efektif berhasil tidaknya tujuan yang diharapkan, baik secara individu maupun secara kelompok, sebab psikologi memberikan suatu petunjuk yang berdasarkan berbagai macam teori tentang bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya ataupun untuk masyarakat.
Di samping itu, psikologi memberikan pula cara-cara bagaimana yang lebih tepat dalam pemecahan masalah-masalah kemanusiaan, baik ia sebagai individu atau sebagai kelompok masyarakat, begitu pula dapat diterapkan dalam masalah agama, khususnya sebagai acuan metodologi dakwah, merupakan suatu yang tidak dapat ditinggalkan. (M. Arifin, 1997 : 10-12).
Dari segi psikologi bahwa dakwah dalam prosesnya dipandang sebagai pembawa perubahan, atau suatu proses. Dari segi dakwah, psikologi banyak memberi jalan pada perumusan tujuan dakwah pemilihan materi dan penetapan metodenya. Bagi seorang Da’i atau juru dakwah dengan mempelajari metode psikologi yang mana psikologi dapat memungkinkan mengenal berbagai aspek atau prinsip yang dapat menolongnya menelaah tingkah laku manusia dengan lebih kritis dan juga dapat memberikan kepadanya pengertian yang lebih mendalam tentang tingkah laku dan juga psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan materi dan menetapkan metode dakwah kepada individu manusia yang merupakan makhluk totalitas (psikofisik) dan memiliki kepribadian baik dari faktor dalam maupun pengaruh dari luar.
Maka yang perlu diperhatikan oleh juru dakwah adalah situasi dan kondisi masyarakat obyek khususnya situasi psikologisnya. Manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani yang unik. Proses perubahan dan perkembangan pribadinya sangat rumit. Maka Da’i yang menghadapinya juga komplek sehingga sebagai peran psikologinya sangat dibutuhkan.
II.PEMBAHASAN
A.Pengertian
Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (kejiwaan) manusia. Senyatanya psikologi ini merupakan cabang pengetahuan yang masih muda atau remaja.
Psikologi sebagai psikologi filsafat menurut Plato pada tahun lebih kurang 400 SM, berarti: ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche= jiwa; logos= ilmu pengetahuan).
Robert S. Wood-Worth berpendapat bahwa psikologi adalah: ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut dapat dilepaskan dari lingkungannya. Pelaksanaan secara ilmiah dari psikologi dilakukan dengan jalan: mengumpulkan dan mencatat secara teliti tingkah laku manusia selengkap mungkin, dan berusaha menjauhkan diri dari segala prasangka. (Kartini Kartono, 1996 : 1-2).
Sedangkan dakwah menurut epistemologi yang berasal dari bahasa Arab, kata dakwah berbentuk Isim Masdar yaitu bermakna panggilan, ajakan atau seruan. (Ali Mahfud, 1952 : 17).
Secara istilah dakwah berarti mendorong atau memotivasi manusia untuk melakukan kebajikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka untuk berbuat makruf dan mencegah kepada yang munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. (Ali Mahfud, 1952 : 16).
Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa psikologi dakwah merupakan perpaduan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, maka untuk memberi pengertian tentang obyek psikologi dakwah ini, kita coba terlebih dahulu untuk mencoba meletakkan dasar pertemuan dengan jalan meminjam data dari kedua lapisan ilmu tersebut kemudian atas dasar itu maka kita dapat menemukan obyek pembahasan tersendiri.
Psikologi dakwah merupakan kesatuan analisis terhadap tingkah laku manusia melalui pendekatan psikologi dan dakwah geologis yang terdisipliner. Sebagai pembahasan yang mempedomani psikologi, maka psikologi dakwah ini termasuk di dalam ruang lingkup pembicaraan psikologi teoritis khusus, dan juga dalam psikologi praktis aplikaitif. (Jamaluddin Kafie, 1993 : 6-7).
B.Esensi Psikologi Dakwah
Pada hakikatnya psikologi dakwah sebagai ilmu pengetahuan bertugas mempelajari / membahas tentang gejala-gejala hidup kejiwaan, baik dari da’i maupun mad’u yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.
Tugas psikologi dakwah adalah memberikan landasan dan pedoman kepada metodologi dakwah, karena metodologi baru dapat efektif dalam penerapan kerja bila mana didasarkan atas kebutuhan hidup manusia sebagaimana ditunjukkan kemungkinan pemuasnya efek psikologi.
Dengan memperhatikan faktor-faktor perkembangan psikologis beserta ciri-cirinya, maka pesan dakwah yang disampaikan oleh juru dakwah akan dapat meresap dan diterima dalam pribadi sasarannya dan kemudian diamalkannya kepada perasaan yang tulus tanpa adanya ganjalan karena hal tersebut dapat menyentuh dan memuaskan kehidupan rohaninya. Disinilah letak titik berat strategi-strategi dakwah yang sebenarnya yaitu menerima pesan dakwah dengan ikhlas sekaligus mempraktekkannya. (Al-Mubarok, 1998 : 50).
C.Psikologi untuk Efektifitas Dakwah
Menyerukan kebenaran dan mencegah kemungkaran adalah tugas hidup setiap manusia. Dengan bahasa lain setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah. Perintah ini ditulis dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110, yang artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.
Dalam kenyataannya, tidak semua muslim yang sengaja melakukan kegiatan dakwah dan tidak semua muslim yang sengaja berdakwah tidak melakukannya dengan efektif.
Kegiatan dakwah ini dapat berlangsung lancar dan baik, diperlukan pengetahuan tentang psikologi dakwah. Karena kegiatan dakwah pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, maka perlu dikaji faktor apa saja yang merupakan penghambat dan pelancar transportasi informasi.
Pokok-pokok landasan mengenai dakwah dalam Islam yaitu:
1.Dakwah harus dilakukan dengan hikmah
2.Harus bersabar dan optimis dalam berdakwah sabar akan segala kesulitan dan optimis bahwa Allah akan memberikan jalan bagi mereka yang mendapatkan petunjuk. Allah akan mendampingi mereka yang tegar dan berbuat kebaikan.
Dua yang paling utama dalam kegiatan dakwah yaitu sikap mental yang positif yang harus dipegang oleh juru dakwah dan penyampaian informasi dakwah sebaik-baiknya. (Djamaludin Ancok dan Fuad Nasori Suroso, 1994 : 35).
D.Mengenalkan Sebelum Memberi Beban
Kebanyakan dari para da’i tidak memperhatikan prinsip yang cukup penting ini. Prinsip yang seharusnya dipenuhi dalam rangka meluluhkan hati sang mad’u, sebagai pengkondisian dan persiapan baginya untuk mendengar kebenaran yang hendak diserukannya. Prinsip ini at-tarif qabla al-taklif, juga sebagai upaya untuk membuat senang dalam menggeluti al-haq, mendorong mereka untuk beramal dengan al-haq itu, dan menjelaskan tentang dasarnya pahala yang dijanjikan atas setiap orang yang mau berbuat demikian dan ‘aqim daulatal Islami fi qablika faqum fi ardhika, (tegakkanlah daulah Islam di hatimu, niscaya ia akan tercegah di bumi ini) karena itu pribadi seorang da’i mempunyai pengaruh besar bagi keberhasilan dakwah dan penyebaran risalahnya.
E.Penyampaian Pesan
Agar pesan dakwah akan mudah diterima oleh komunikan maka perlu adanya komunikasi yang efektif. Tanda-tanda komunikasi yang efektif paling tidak memberikan lima hal pengertian, kesengajaan pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik dan tindakan demikian pula pendekatan psikologi ditandai:
1.Pengertian memiliki makna bahwa penerimaan cermat stimulus seperti yang dimaksud oleh komunikator.
2.Kesenangan, aktivitas dakwah harus mampu menimbulkan kesenangan pada setiap diri mad’u, hanya persoalannya, bagaimana dianya dikata pembawa berita gembira-gembira itu disajikan pada setiap yang mampu menimbulkan kesadaran dan mampu menimbulkan rasa puas.
3.Mempengaruhi sikap, paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Begitu pula dakwah perlu pula menerapkan dakwah yang bersifat persuasif (proses mempengaruhi pendapat).
4.Hubungan sosial yang baik, dakwah juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik dapat hidup sendiri, setiap manusia pasti menginginkan hubungan yang positif dengan orang lain.
5.Tindakan, dakwah persuasif sebagai suatu proses untuk mempengaruhi sikap dakwah persuasif juga diarahkan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki.
III.KESIMPULAN
Peran psikologi dakwah sangat membantu kaitannya dalam aktifitas dakwah. Kegiatan dakwah dapat berlangsung dengan lancar dan berhasil dengan baik diperlukan pengetahuan tentang psikologi dakwah. Karena kegiatan dakwah pada dasarnya adalah kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. Maka perlu mengkaji prinsip dasar psikologi komunikasi juga berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh sikap mental pengetahuan juru dakwah.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Jamaluddin, dan Fuad Nasori Suroso, Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.
Al-Mubarok, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Asy-Syifa, 1998.
Arifin, M., Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
Kafie, Jamaluddin, Psikologi Dakwah, Surabaya: Offset Indah, 1993.
Kartini, Kartono, Psikologi Umum, Bandung: Mandar Maju, 1996.
Mafud, Ali, Hidayatul Mursyidin, Kairo: Darul Qutb al-Arabiyah, 195