CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Translate

Monday 7 January 2013

Nasi Aking, Again!

Sedikit berbagi sebuah ceritera yang mungkin sedikit bermanfaat untuk dibaca. Kali ini aku teringat waktu tadi siang. Dalam sebuah forum pengajian, salah seorang temanku bertanya apa itu nasi aking? Apakah sejenis dengan nasi Hainan, Nasi rada kenyal mirip di sushi, apakah mirip seperti nasi goreng kambing, atau nasi bakar yang lagi lumayan trend lah saat ini???.
Hmmmh, aku benar-benar geleng-geleng kepala, sempat kesal dengan kepolosannya atau mungkin ketidak peduliannya pada lingkungan sekitarnya. Hadhuuuhh, tapi aku sempat istighfar saat aku tau bahwa ternyata temanku yang baru belajar mengaji ini memang berasal dari lingkungan yang berbeda dengan aku dan para anggota pengajian yang lain. Ternyata temanku ini belum lama datang di Indonesia ya meskipun dari Singapura, hidup dalam pemukiman elite tidak sempat nonton televisi atau membaca koran bahkan radio mungkin. Hal itu karena saking sibuknya yang luarr biasa, lalu bagaimana mau dapat informasi tentang nasi aking??
Jujur saja sebenarnya aku baru tau tentang nasi aking dari televisi, awalnya juga kukira artinya berbeda dengan yang kumaksud. Sedikit sok tau tentang nasi aking, meskipun belum pernah mencicipi seperti apa rasanya nasi daur ulang tersebut. Dikampung kelahiranku nasi aking biasa disebut "Raja", namanya kerenn khan? yah itu dia SEGO KING artinya nasi raja. hihiii.., gimana gak keren kan? Upzzttt!!. Mungkin yang memberi nama itu dulu pengen hidup enak layaknya raja kali. Aku sangat bersyukur sampai saat ini, meskipun tidak kaya tapi untuk membeli beras Alhamdulillah masih mampu.
Back to Nasi Aking. Yang terjadi di berbagai daerah menunjukan suatu hal, bahwa daftar warga miskin di Indonesia semakin menurun. Nah, artinya semakin menurun ke tujuh keturunan, gimana tidak rame Indonesia. Bamk Dunia menyebutkan bahwa di Indonesia ada kurang lebih  200 juta orang Indonesia hidup dalam garis kemiskinan. 
Aku sering miris dengan keadaan di Negeri tercinta ini, antara si kaya dan si miskin terbentang jurang yang sangat dalam jurang kemiskinan. bayangkan saja tiap hari macet, ternyata jalan padat oleh mobil-mobil yang dimiliki oleh orang yang kekayaanya kian meningkat. Angkot banyak ngetem nyari penumpang, belum lagi pedagang kaki lima dimana saja berada. Kawasan makin sempit saja sampai jalan pun dijadikan tempat parkir mobil-mobil mewah.
Lihat saja film-film ditelevisi atau dimana lah, anak -anak SMP sudah bawa mobil ke sekolah. Tapi dipihak lain, yang miskin pun kian terpuruk dengan kemiskinannya. Pendapatan tidak memadai, lahan pekerjaan lain semakin sulit, sementara biaya hidup makin membumbung tinggi. Harga sembako kian membumbung tinggi.
"Yah, mungkin mau bagaimana lagi, beli beras yang kualitas rendah saja sudah mahal, apalagi yang kualitas tinggi? ya terpaksa lebih baik makan nasi aking" begitu ucapan Bi Cucun seorang penjual sapu lidi yang pernah lewat. Kata bibi nasi aking itu kalau dimasak rasanya hambar dan kadang berbau. Biasanya nasi aking juga digoreng katanya jika ingin makan yang kriuk-kriuk. Bagi yang tidak terbiasa malah akan membuat mencret, tapi sudah tidak ada pilihan lagi selain memakanya daripada kelaparan. menurut salah seorang ahli gizi, pada prinsipnya kandungan air pada nasi aking relatif telah hilang. oleh karena itu terjadi penurunan kadar vitamin B yang larut dalam air, tapi kadar vitamin C dan karbohidratnya masih sama  dengan nasi biasa.
Dalam hal ini aku masih bersyukur karena nasi aking yang dimakan saudara-saudaraku ternyata masih memiliki sedikit kandungan zat gizi. kebayang jika tidak ada, kasihan sekali mereka. Masalahnya tidak berhenti disitu saja, buat para ibu-ibu dan anak perempuan coba kita fikirkan. Haruskah dapur kita ngebul dengan nasi Pndan Wangi atau dengan Beras Cianjur Super? sementara ada beribu dapur yang hanya bisa menanak nasi yang sebetulnya (maaf) makanan para itik?
Aku sering bertanya kenapa si beras raskin saja selalu tersendat? bahkan ada istilah inilah itulah. sudah sampai tersendat pada yang berhak atau malah tidak sampai entah kemana. meskipun sampai, tapi ya ampuuunn, sudah sangat tidak layak. kutunya banyak, dan bau apek. Alangkah teganya orang-orang yang menyelewengkan amanah untuk jutaan masyarakat, sungguh teganya, teganya.... Megi Z.com
Waktu dulu pernah dengar berita terjadi kasus kelaparan jamaah haji Indonesia di Mekkah aku jadi merenung, pakah itu karena Allah tengah menunjukan pada kita bangsa Indonesia bagaimana sesungguhnya kualitas penghambaan kita kepada-Nya??
Mungkinn selama ini kita terlalu membanggakan ibadah vertikal kita kepada Allah. Ada ribuan orang yang dengan ringan naik haji ribuan kali. Ada juga yang pada saat ada masalah baru hinggap kedalam hidupnya baru dia meminta petunjuk dengan ber-umrah ke Tanah Suci. mungkin hal ini masih mendingan, dari pada para pejabat yang jalan-jalan liburan ke Luar Negeri, tidakkah mereka memikirkan nasib saudaranya yang msih kelaparan, para balita yang kurang gizi, hidup yang tidak sehat, dan putus sekolah karena tidak ada biaya??
Dari sini aku mulai membangun kesadaran, setidaknya dimulai dari diriku sendiri agar lebih peka terhadap keadaan disekelilingku. Perbanyak syukur, karena ibadah itu tidak hanya bersifat vertikal saja kepada Allah SWT, akan tetapi juga horizontal terhadap makhluk sesama manusia.
Mari kita mulai dari hal yang kecil dan kelihatan sepele yaitu tidak membuang-buang nasi sembarangan hanya karena kita sudah keburu kenyang, selain mubadzir, bukankah itu akan sangat melukai hati saudara-saudara kita yang kelaparan. Apalagi jika kita mendengar nasinya berbicara. Apa menunggu nasi ngomong baru sadar??

(Disudut kamarku, 09:55 PM)

No comments:

Post a Comment