Taukah engkau wahai saudaraku?? apa itu riya? Riya itu samar lho, samar artinya tidak jelas.
Sungguh benar sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya riya
itu samar sehingga terkadang menimpa seseorang padahal ia menyangka
bahwa ia telah melakukan yang sebaik-baiknya.
Dikisahkan bahwasanya ada
seseorang yang selalu sholat berjama’ah di shaf yang pertama, namun pada
suatu hari ia terlambat sehingga sholat di saf yang kedua, ia pun
merasa malu kepada jama’ah yang lain yang melihatnya sholat di shaf yang
kedua. Maka tatkala itu ia sadar bahwasanya selama ini senangnya
hatinya, tenangnya hatinya tatkala sholat di shaf yang pertama adalah
karena pandangan manusia. (Tazkiyatun Nufus hal 15).
Berkata Abu ‘Abdillah Al-Anthoki, “Fudhail bin ‘Iyadh bertemu dengan
Sufyan Ats-Tsauri lalu mereka berdua saling mengingat (Allah) maka
luluhlah hati Sufyan atau ia menangis. Kemudian Sufyan berkata kepada
Fudhail, “Wahai Abu ‘Ali sesungguhnya aku sangat berharap majelis
(pertemuan) kita ini rahmat dan berkah bagi kita”, lalu Fudhail berkata
kepadanya, “Namun aku, wahai Abu Abdillah, takut jangan sampai majelis
kita ini adalah suatu mejelis yang mencelakakan kita “, Sufyan berkata,
“Kenapa wahai Abu Ali?”, Fudhail berkata, “Bukankah engkau telah memilih
perkataanmu yang terbaik lalu engkau menyampaikannya kepadaku, dan
akupun telah memilih perkataanku yang terbaik lalu aku sampaikan
kepadamu, berarti engkau telah berhias untuk aku dan aku pun telah
berhias untukmu”, lalu Sufyan pun menangis dengan lebih keras daripada
tangisannya yang pertama dan berkata, “Engkau telah menghidupkan aku
semoga Allah menghidupkanmu”. (Tarikh Ad-Dimasyq 48/404).
Perhatikanlah wahai saudaraku… sesungguhnya hanyalah orang-orang yang
beruntung yang memperhatikan gerak-gerik hatinya, yang selalu
memperhatikan niatnya. Terlalu banyak orang yang lalai dari hal ini
kecuali yang diberi taufik oleh Allah. Orang-orang yang lalai akan
memandang kebaikan-kebaikan mereka pada hari kiamat menjadi
kejelekan-kejelekan, dan mereka itulah yang dimaksudkan oleh Allah dalam
firman-Nya.
“Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka
perbuat dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu
memperolok-olokkannya.” (QS. Az Zumar: 48).
“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia
ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS.
Al Kahfy: 104).
Maroji’:
1. Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, dar As-Salam, Riyadh, cetakan pertama Tahun 2000 masehi
2. Al-Minhaj syarh Sohih Muslim, Imam Nawawi, Dar Al-Ma’rifah
3. Jami Al-‘Ulum wa Al-Hikam, Ibnu Rojab, tahqiq Al-Arnauth
4. Sittu Duror min Ushuli Ahlil Atsar, Syaikh Abdul Malik Romadhoni, maktabah Al-Asholah
5. Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Al-Banna, dar Ibnu Hazm, cetakan pertama
6. Fawaid Al-Fawaid, Ibnul Qoyyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan, Dar Ibnul Jauzi
7. Al-Ikhlash, Sulaiman Al-Asyqor, dar An-Nafais
8. Silsilah Al-Ahadits As-Sohihah, Syaikh Al-Albani
9. Aina Nahnu min Akhlak As-Salaf, Abdul Aziz bin Nasir Al-Jalil, Dar Toibah
10. Waqofaat ma’a kalimaat li Ibni Mas’ud, transkrip dari ceramah Syaikh Sholeh Alu Syaikh
11. Tazkiyatun Nufus, Ahmad Farid.
(deniludiyatun@rocketmail.com)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment