Selamat malam dear.. sudah beberapa hari diriku gak sempat nge pos disini. Tapi corat coret masih tetep koq dear... ^_^
Hujan diluar dan hembusan angin malam masih setia menemaniku menyelesaikan kajian tentang cinta episode ketiga kali ini.
"Bagaimana bisa? sekian tahun jalan berdua
jadiannya malah sama dia??"
Aku membaca kalimat itu dari status terbarunya di
Blackberry. Kedengarannya seperti lagi galau sahabatku ini. Terakhir kali aku
melihatnya berjalan menuju Kafe kecil di sekitar kampus. Selepas kuliah jam
17.30 sore tadi. Dia nampak terburu-buru dengan tas jinjingnya yang diselipkan
disamping lengan badanya yang nampak agak kurus sekarang. Wajahnya nampak lesu
dengan balutan kerudung pink muda kesukaanya. Aku melihatnya sambil terus
memacu motor kesayanganku. Karena matahari sudah mulai menenggelamkan wajahnya,
maka aku tak sempat menghampiri sahabatku. Meski sekedar untuk menyapanya.
Ting tong ting tong...
Pesan masuk dari Dinda, perlahan kubuka dan
kubaca dengan hikmat. Apa yang kukira ternyata benar, Dinda akhirnya curhat
melalui chat di BBM. Berkali- kali dia mengirim tanda PING!!!, memintaku untuk
segera membalas curhatannya itu. Curhatan Dinda kudiamkan sejenak, lalu kutinggal
mengambil air wudhu kemudian shalat isya. Setelah usai shalat isya beberapa
saat aku membuka dan membaca Al Qur’an surat Yusuf. Setelah selesai, mukena langsung
kulipat, nah sesudah itu baru ku membalas BBM dari Dinda. Hal ini kulakukan
bukan berarti aku tidak mau peduli dengan Dinda. Aku hanya mencoba untuk lebih
tenang dari sahabatku yang sedang galau saat itu. Berharap agar bisa
mengimbangi emosi sahabatku yang sedang bingung dengan masalah yang sedang ia
hadapi.
Yap, aku mengenalnya sejak pertama aku masuk di
kampus yang kupilih saat itu. Hingga kini, kurang lebih tiga tahun aku mengenal
Dinda. Sosok sahabatku yang cantik dan baik menurutku dan beberapa kawan
sepermainan kita dikampus. ^_^
Isi pesan Dinda singkat, dia hanya menanyakan
kepadaku “Ra,, apa yang harus aku lakukan???” hiks, hiks ditambah emot icon
menangis kencang. Kemudian tanda seru sebelas kali dan PING!!! Berkali-kali.
Pertanda Dinda memang sedang butuh kawan
untuk curhat dan memberikan solusi yang tepat untuknya. Sejenak ku menghela nafas.
Dalam hati ku sebenarnya ingin berbicara langsung dan menyambut isak tangis
sahabatku itu dengan pelukan erat. Akhirnya singkat pula aku membalas BBM dari Dinda sahabatku. “
Din,, coba kamu ambil air wudhu dulu,, siapa tau kamu akan merasa lebih
tenang..”.
Dinda kembali mengirim emot ikon menangis, dia
benar-benar sedih ternyata. Ardi, sahabat karib Dinda ternyata yang menjadi
masalahnya saat ini. Ardi memang hanya
sekedar sahabat, tapi Dinda berharap lebih dari sekedar sahabat. Nyesek kan
dear.. ^_^
Ardi merasa nyaman berteman dengan Dinda, karena
setauku Dinda selalu ada buat Ardi. Hingga suatu waktu ketika Ardi sakitpun,
Dinda yang rempong bolak-balik dari rumah ke kosan Ardi hanya untuk mengantar
makanan, menyuapi dia makan dan bahkan mencucikan bajunya yang kotor selama
Ardi sakit. Segitu dekatnya persahabatan Dinda dan Ardi. Ia begitu akrab,
hingga ia fikir Ardi akan mampu jatuh cinta pada Dinda. Hati manusia tidak
dapat dipaksa untuk belok ke kanan atau ke kiri. Jauh sebelum Dinda tau Ardi
hanya menganggapnya sebatas sahabat, Dinda sudah faham soal itu. Wanita agak
sensitif kalau ngomongin hati. Saat kami ngobrol lewat skype, tak henti-henti
Dinda terus menangis.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan.
Waktu terus berjalan, kemudian Dinda sering ikut ke acara pengajian bersamaku,
ikut training, les musik dia juga ikut bergabung mengajari anak-anak panti
asuhan, dan Rumah Singgah yang menjadi tempat kunjungan favorit kita selama ini.
Yang membuatku salut adalah Dinda sama sekali tidak ingin. Jika Ardi mengetahui
perasaan Dinda kepadanya. Jatuh cinta dalam diam, itu yang dilakukan Dinda
selama ini. Saat Dinda ke Kafe waktu itu ternyata, Dinda diajak Ardi untuk
berkenalan dengan Zahra yang saat itu baru jadian. Zahra cantik memang, dia
juga bejilbab dan pandai bergaul. Berbeda dengan Dinda yang sedikit tertutup.
Sore itu sepulang kuliah :
“Ya aku tau perasaanmu Din,, dan kamu tidak
mungkin mencegahnya kan? Coba kita koreksi lagi apakah saat kita mencintai
seseorang itu sudah ikhlas karena Allah? Toh jika kamu ungkapkan perasaanmu
kepada Ardi, apakah pasti ardi akan langsung kembali kepadamu? Sesungguhnya
Allah-lah yang memliki hati setiap hamba-Nya. Bisa jadi mungkin kita keliru,
bahwa Allah-lah sebenarnya tempat kita berharap, oleh karena itu berharaplah
kepada Allah, jodoh gak bakal kemana din..” .
“...iya Ra, aku tak bisa mencegah hubungan
mereka, sejujurnya aku sakit hati banget dan tak rela. Tapi ya sudahlah semua
sudah lewat, aku hanya mencoba tetap tetap tersenyum merelakan mereka, toh
masih banyak yang harus kuperbaiki. Saat ini aku lebih memilih intropeksi diri,
agar semakin dekat dengan Allah”.
Selang beberapa bulan kisah mereka berlalu,
ternyata Ardi curhat ke Dinda, kalau hubungannya dengan Zahra telah putus. Sebelum
Ardi berangkat Umroh, Ardi sengaja menghubungi Dinda tetap sebagai sahabat. Dia
menyesali tentang persahabatannya dengan Dinda yang terasa renggang. Mungkin
Ardi merasa bersalah kepada Dinda, dan menyadari bahwa hanya Dinda sahabatnya
yang begitu baik selama ini.
Minggu lalu aku bertemu dengan Dinda pada satu
acara, dia berkata sambil tersenyum. “Ra.. perasaanku kepada Ardi sekarang
tidak lebih sebatas perasaan sebagai sahabat karena Allah. Apapun yang akan
terjadi nanti, semua kuserahkan kepada Allah. Aku sangat berterimakasih karena
kamu terus menyemangatiku dalam suka maupun duka selama ini Ra..”.
Alhamdulillah dear,, lega dan
bahagia aku mendengarnya. Betapa tidak? Sahabatku Dinda sekarang justru telah
menemukan hal baru dan pengalaman berharga dalam hidupnya. Dan dia bersyukur
dan bertaubat atas apa yang telah dia lakukan selama ini. Kalian tau apa yang
terjadi pada sahabatku saat itu?. Ternyata sepulang Ardi umroh, tepat saat kita
usai sidang Skripsi. Ternyata Ardi melamar Dinda. Subkhanallah dear... ^_^
Dari kisah sahabatku itu, kita simpulkan mengapa sebabnya
Allah menciptakan hati manusia begitu ajaib? Ya itulah mengapa pada fase-fase
awal ketika seseorang mengalami cinta yang begitu dahsyat kepada lawan jenis tanpa
didasari ikhlas dan tawakkal karena Allah, cinta yang dahsyat itu pula bisa
layu dan mati. Namun jika cinta itu karena Allah maka semuanya akan berbeda.
Ikhlas dan tawakkal menjadi landasan utama dalam kehidupan.
Sesungguhnya rasa cinta yang dipendam ke lubuk
terdalam jiwa manusia, sehingga bila terjadi sesuatu yang sangat menjengkelkan,
maka ketika itu dengan sangat mudah tumpukkan kejengkelan yang tertanam dilubuk
hati itu, muncul ke permukaan sehingga cinta yang seketika itu bisa berubah
menjadi benci. Demikian yang sering terjadi pada anak-anak remaja, dewasa dan
juga orangtua yang menamakan hubungan itu dengan nama “cinta”.
Kita lihat terjemahan Al Qur’an surat Fushilat
(41): 34 sebagai berikut:
“Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan.
Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang terbaik, maka tiba-tiba orang yang
diantaramu dengan dia ada permusuhan (beralih keadaanya) seolah-olah telah
menjadi teman yang amat setia”
Nah, ayat diatas menurut redaksi ada kata
tiba-tiba dan mengapa (beralih keadaanya) seolah-olah telah menjadi teman yang
amat setia? Jadi kurang lebih jwabannya
begini: Perasaan adalah kumpulan dari emosi. Emosi adalah situasi kejiwaan yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu namun bersifat sementara, sedang perasaan berkaitan dengan suatu objek
yang dialami berdasar pengetahuan dan pengalaman. Perasaan adalah kumpulan dari
sekian banyak emosi yang terjadi secara teratur dan tertuju pada satu objek.
Jiwa manusia yang sangat ajaib, ia merupakan alam kecil, namun mampu mencakup
alam besar dengan segala kontradiksi, bahkan menyangkut satu objekpun. Perasaan
manusia terhadapnya mengandung kontradiksi.
“Setiap perasaan betapapun agung dan luhurnya,
tetap mengandung benih-benih perasaan yang bertolak belakang dengannya.
Perasaan mempunyai logika yang berbeda dengan logika akal. Akal tidak dapat menggabung
dua hal yang bertolak belakang, tetapi tidak demikian hati. Karena itu tidak
ada cinta tanpa benci, tidak ada pula rahmat tanpa kekejaman.” Demikian menurut
Hamid Thaha al Khaysyab, Guru Besar Psikologi Universitas al Azhar, Mesir. Tentu saja yang dimaksud bukan cinta dan
rahmat Ilahi, yang substansinya berbeda dengan cinta dan rahmat makhluk.
Nah, demikian juga dengan yang saling mencintai,
khususnya pada fase-fase pertama cinta mereka. Bisa saja cinta yang terbina
keduanya, beralih menjadi benci, jika ada sikap dan perlakuan yang dirasakan
tidak wajar dari pasangannya dan ketika itu hubungan yang tadinya mesra bisa
berubah menjadi konflik seolah-olah mereka adalah musuh yang sangat dibenci.
Begitupula sebaliknya. Orang yang tadinya tidak suka berubah menjadi suka dan
sebaliknya maka kembali serahkanlah semua kepada Allah dengan istikharah. Karena jodoh, rizki, dan mati adalah rahasia Tuhan.
^_^
Teh Tika yang udah buat es krim.. terimakasih es krimnya lezat banget. dianterin pulak ^,^
No comments:
Post a Comment